Selasa, 09 Februari 2010

Sebening embun pagi

Cerita ini kiriman dari Kiki Widiastuti Akbar
mengisahkan tentenang "elegi cinta remaja" yang tak pernah mengenal usia, status, dan materi. Cinta memang Indah untuk di bicarakan, Cinta datang Tanpa Kita sadari. Hanya dari sebuah perhatian kecil, cinta itu bisa tumbuh dalam hati. PENASARAN"!!? Mari kita baca ...

Anna mencatat alamat itu di selembar kertas. Dia tidak tahu dimana itu, tapi dia kenal seseorang yang tahu, dan mungkin mau mengantarnya. Arif, cowok yang baru dikenalnya dua minggu yang lalu, bukan, sebenarnya sudah lebih dari sebulan yang lalu. Tapi baru dua minggu yang lalu cowok itu menelponnya. Tengah malam, tepatnya jam 12.15, waktu yang sangat keterlaluan untuk menelpon menurut Anna. Makanya dia tidak mengangkatnya. Tapi pagi harinya dia menelpon balik ke nomor itu, dan akhirnya dia tahu, yang menelpon tengah malam adalah Arif, orang yang dia temui lewat chating dua minggu sebelumnya, dan sebenarnya Anna sendiri sudah hampir lupa. “Iya aku tahu, nomorku gak penting, makanya gak di catat”, kata Arif waktu Anna menanyakan dia siapa, sampai akhirnya Anna ingat Arif itu yang mana. Cowok berumur 25 tahun, dan mengaku memiliki usaha supplier, tinggal di sekitar daerah kampung rambutan. “Nah..Arif pasti tahu alamat ini” pikir Anna. Dia menelpon Arief beberapa kali, tapi tidak diangkat, akhirnya dia menulis sms “de, maaf menganggu, aku mau minta tolong, bisa telpon?” Sekitar satu jam kemudian Arief menelpon.
“Ada apa kak?” sapanya dari seberang sana, “aku mau minta tolong”.”Minta tolong apa?”” Kamu tahu alamat ini gak ?” Anna menyebutkan alamat di catatannya, “Tahu kak, kenapa?” “Aku mau ketemu temanku, dia kerampokan dan butuh uang buat pulang ke Jawa, dia menungguku di alamat ini, kamu bisa antar? Tapi kalo kamu sibuk gak apa – apa, kasih tahu aja” Anna agak tidak enak hati meminta Arif mengantarnya karena dia sendiri belum pernah bertemu Arif sebelumnya. “Iya kak, bisa, nanti kakak tunggu saja aku di Tamini square” Arif memberi tahu rute dan bis apa yang mesti Anna naiki untuk sampe ke sana. Jadi sepulang kerja Anna langsung menuju tempat yang dibilang Arif, dan sebelumnya juga menelpon temannya untuk menunggunya di tempat itu sekitar jam 8 malam. Anna sampe di Tamini square, dan menunggu Arif, dia sendiri bingung bagaimana tampang arief sebenarnya, ini bukan kebiasaannya bertemu teman chating. Dia tidak pernah mau jika salah satu teman chatingnya mengajaknya ketemuan. Tapi ini, dia yang meminta Arif menemuinya. “ini kan terpaksa, demi menolong teman” bisiknya dalam hati. HPnya bordering, Arif menelpon “ Dimana Kak? Aku naik motor, pake jaket orange di halte depan Tamini” Anna melihat kedepan, Cowok dengan jaket orange, itu dia “Hai” sapa Anna “Maaf ngerepotin, aku tahu kamu sibuk harus belanja dan….” “Udah kak, naik dulu aja, nanti aja ngomongnya” Anna merasa tidak enak hati Arif memotong basa basinya, tapi dia langsung naik ke belakang motornya dan Arif melaju lumayan kencang ke Alamat yang diberikan Anna. Anna membisu sepanjang jalan, Arif ngebut sekali, Anna takut naik motor, dulu dia sering marah kalau Aldo mantan pacarnya yang ia pergoki selingkuh enam bulan lalu mengajaknya ngebut. Tapi dia baru mengenal Arif, lagi pula mungkin Arif buru – buru, jadi dia diam, masih untung diantar, begitu pikir Anna.
Alamat itu rupanya semacam terowongan, ada beberapa tukang durian di kanan kiri terowongan itu, dan juga penjual poster. Hampir setengah jam Anna dan Arif menunggu teman Anna, obrolan yang keluar lancar seperti mereka telah berteman lama. Anna baru menyadari. Tampang Arief berantakan. Dia memakai sepatu bola, kaos oblong dan celana jeans. Rambutnya tidak beraturan, dan wajahnya banyak ditumbuhi jerawat. Matanya bulat besar, dan dari penerangan lampu sorot, Anna melihat bola mata Arif berwarna coklat. Secara keseluruhan Arif bukan tipe Anna begitu yang ada di pikiran Anna. Tapi Arif begitu hangat dan ceria, dia merasa sudah lama mengenal Arif, dan jarang Anna menemukan perasaan seperti itu pada kali pertama bertemu seseorang.
Setelah teman Anna datang dan urusan selesai. Arief mengantar Anna ke terminal, Anna sebenarnya menolak, karena dia tahu kegiatan Arif setelah ini, masih harus belanja hingga mungkin hampir pagi, seperti yang sering Arif ceritakan, tapi karena sulit menemukan Angkot menuju terminal, Anna mengiyakan tawaran Arif. Sepanjang jalan menuju terminal, Arif bernyanyi, Anna tersenyum senyum sendiri mendengarnya “Gak nyangka, suara kamu bagus ya dek?” “Baru tahu kak..hahahaha, aku kan gak mau aja ikut Indonesian idol.” Jarak terasa begitu dekat, tidak ada rasa canggung, tidak ada kekakuan, semua begitu alami, mengalir dalam obrolan mereka.
Anna baru saja selesai mandi, ketika HPnya berdering, ternyata Arif menelpon “ Ya dek..” “ Kok gak nelpon kak kalo udah nyampe?” “ Belum dek, ini baru selesai mandi..” Arif jadi sering menelpon Anna, dan tanpa sadar Anna sering mengharapkan telpon dari Arif. Kadang tidak sadar mereka berbicara berjam jam di telpon, kadang Arif menelpon sejak tengah malam hingga menjelang pagi, dan Anna tidak pernah menolak telpon Arif satu kalipun.Mereka membicarakan apa saja, pekerjaan, teman teman, para mantan pacar, semuanya begitu menarik untuk dibicarakan. Anna mulai gundah dengan persaannya, Arif tiga tahun lebih muda darinya, dan pantangan buat Anna untuk jatuh cinta dengan cowok yang usianya lebih muda, meskipun itu Cuma hitungan bulan, tapi Arif, 3 tahun. Tidak di usianya yang sudah 28, dan tuntutan menikah dari ibunya.
Suatu sore Arif mengajak Anna ke kafe temannya, di sana mereka mengobrol tentang pekerjaan Arif dan keluarganya sampe larut malam. Arif mengantar Anna pulang jam 2 pagi. Sepanjang jalan Arif menggenggam tangan Anna. “Kita kaya orang pacaran ya dek..” Anna mencoba mengusir perasaan aneh dalam hatinya dengan bercanda. “Aku sayang sama kakak…” Anna terdiam mendengar perkataan Arif. Dia tidak mau membuka pembicaraan. Mereka membisu sampai di depan Kost Anna. “Makasih ya kak, sudah mau denger curhat aku.” “Iya dek..sama sama..”
Setelah hari itu, mereka jadi sering ketemu, Sepulang kerja Anna menemani Arif belanja keperluan toko supliernya ke supermarket, atau hanya sekedar mengobrol dan karoke bareng. Anna merasa keceriannya kembali. Arif cowok yang lucu dan periang. Bersamanya hari hari buat Anna jadi tidak pernah membosankan. Suatu siang, Arif menelpon Anna. “Lagi sibuk nggak kak?” “Nggak kok..kenapa..??” “Menurut kakak, kenapa kita gak pacaran?” Anna kaget Arif menanyakan hal itu, “karena umurku 28 dan kamu 25, aku sudah mau cari hubungan yg serius, dan kamu masih ingin main-main” “Ya..kakak benar, menurut kakak, kalo aku lebih tua dari kakak, apa kita akan pacaran?” “mungkin..” jawab Anna “Pasti..” jawab arif. “Aku sayang sama kakak..dan aku tahu kakak sayang sama aku.” Anna diam mendengar perkataan Arif. Ia membenarkan perkataan Arif. Hati Anna memang sudah menjadi milik Arif, entah sejak kapan, yang ada di hati Anna adalah Arif. Entah sejak kapan, Anna selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak itu. Dia tidak pernah bertanya, tidak pernah complain. Buat Anna, asalkan dia bisa melakukan yang terbaik bagi Arif, dia akan sangat bahagia.

Bersambung ...

Nb : kaka wid, di tunggu kiriman selanjutnya
ke email yang itu aja
papperrocko@live.com

0 Comments:

Post a Comment